Jumat, 18 Januari 2013

cerita ku

Ada tiga orang bijaksana yang berjalan melintasi sebuah desa kecil. Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah2 sekitarnya yang tidak menghasilkan apa2 lagi. Berbagai kesulitan yang dialami penduduk membuat sawah2 mereka tak mampu menghasilkan panen yang bagus.

Beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana tadi. Dengan memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang2 desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan.

Satu dari tiga orang bijaksana itu bertanya, "Apakah kalian tidak punya apa2, hingga kalian meminta-minta seperti ini?"

"Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu2 berserakan itu yang kami miliki." jawab salah satu penduduk desa.

"Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu2 itu?" tanya orang bijaksana sekali lagi.

Dengan setengah tidak percaya, penduduk menjawab, "Mau..."

"Baiklah, ikuti petunjukku.." orang bijaksana itu menjelaskan, "Pertama-tama, ambil tiga batu, lalu cucilah hingga bersih.."

Sesudah batu itu dicuci bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya, orang bijaksana itu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu diisi dengan air. Ketiga batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci dan mulai direbus.

"Ada dari kalian yang tahu bumbu masak? Batu2 itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu." tanya orang bijaksana.

"Aku tahu..!" seru seorang ibt, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, lalu meraciknya dan memasukkannya kedalam panci besar itu.

"Adakah dari kalian yang memiliki bahan2 sup yang lain?" tanya orang bijaksana itu, "Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja."

Beberapa penduduk mulai mencari bahan2 makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian, dua orang datang dengan membawa tiga kantung kentang. "Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang tumbuh liar disana." katanya. Kemudian orang itu mengupas, mencuci dan memotong-motong kentang itu lalu memasukkannya ke dalam panci.

Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. "Aku masih punya banyak dari kebun di belakang halaman rumahku." kata ibu itu, lalu ia meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.

Sesaat, datang pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. "Aku berhasil memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali kawanan kelinci di balik bukit itu." Dengan bantuan beberapa orang, tiga kelinci itu pun disembelih dan diolah lalu dimasukkan ke dalam panci.

Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu, penduduk2 yang lain tidak mau kalah. Mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu.

Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung dan bermacam-macam sayuran lain. Tak hanya itu, anak2 juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir, akan enak sekali jika buah2 itu dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dar kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.

Beberapa jam kemudian sup batu itu matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, para penduduk makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat kenyang, hingga mereka lupa memakan batu yang terletak di dasar panci.

Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu. Sebelum beranjak pergi, seorang bapak memeluk mereka satu persatu kemudian berkata, "Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar