Banyak hal dan tantangan bagi ayah bekerja dalam mengasuh dan mendidik anaknya Para ahli pengasuhan sedikitnya menyimpulkan pada dua tantangan
besar.
Pertama adalah minimnya waktu pertemuan. Bahwa waktu ayah bekerja bersama anak-anaknya memang sedikit, bahkan sangat sedikit, itu fakta. Penelitian di dua puluh kota di Indonesia mengatakan bahwa dari 24 jam waktu anak dan ayah maka hanya ada 4 jam saja waktu untuk mereka bersama.
Karena keterbatasan waktu itu maka tak bisa dihindari dapat menyebabkan banyak hal dalam pengasuhan anak. Antara lain, ayah tidak dapat langsung mendidik dan mengasuh serta tidak dapat mendampingi setiap tahap perkembangan anak-anaknya.
Kedua adalah keterbatasan kemampuan para ayah bagaimana mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Bukan rahasia kalau amat sedikit dari para ayah yang siap atau mempunyai bekal bagaimana mengasuh dan mendidik anak. Umumnya para ayah bekerja mengasuh anak-anak mereka berdasarkan dan bermodalkan warisan asuhan yang didapat dari ayah dan ibu mereka dulu sewaktu kecil. Padahal berbagai keadaan sudah sangat berbeda.
Itulah kenyataan yang terhampar di depan jutaan para ayah pekerja. Ayah pergi saat anaknya masih tidur dan pulang ketika anaknya sudah tidur. Ayah yang sepanjang waktu siang malam menghabiskan tenaga, badan dan pikirannya di ranah pekerjaan, sementara anak-anaknya di rumah kurang kontrol pengasuhannya.
Namun tidaklah bijak jika hanya menyesali dan ketakutan dengan keadaan. Lakukanlah sesuatu; agar pengasuhan dan pendidikan anak tetap dapat dilakukan dan pekerjaan di kantor juga berlangsung sukses.
Berikut ini beberapa kiat yang mudah-mudahan bisa membantu para ayah bekerja.
Pertama, miliki paradigma benar tentang peran penting ayah. Tinggalkan bahwa pardigma mendidik, mengasuh dan ‘membesarkan’ anak hanya tanggung jawab ibu.
Anak-anak hebat dan tangguh dilahir-kembangkan oleh ayah dan ibu; bukan pihak ibu atau pihak di luar ayah dan ibu. Fakta dan data ilmu pengetahuan tentang pengasuhan menguatkan bahwa anak tangguh berasal dari ayah tangguh.
Kedua, jadilah ayah pekerja keras untuk anak 0 – 10 tahun. Rentang usia ini adalah usia eksplorasi semua aspek perkembangan anak. Semuanya baik fisik, ruhani serta budi dan akal pikiran mereka. Anak-anak butuh ayah yang tidak ‘ja’im’ atau sok kalem. Anak-anak butuh ayah dinamis, yang siap untuk bereksplorasi bersama menggali barang tambang maha berharga yang masih tersimpan di dalam diri anak usia 0 – 10 tahun. Ayah yang meminjamkan ‘mulutnya’ 70 % dan ‘telinganya’ 30 % saja.
Ketiga, jadilah teman yang hebat untuk anak 10 – 15 tahun. Gelaran waktu di usia ini adalah tahap terakhir khususnya dalam pembentukan karakter anak-anak. Tahap paling ujung juga dalam persiapan mereka memasuki gerbang rentang usia dewasa. Anak-anak di usia ini butuh ayah yang dapat menjadi sahabat. Berikan ‘mulut’ ayah 30 % saja sementara pinjamkan ‘telinga’ ayah 70 % untuk mereka. Maksudnya jadilah pendengar yang baik dan aktif.
Keempat, lakukan jangan delegasikan. Banyak hal penting yang terjadi antara ayah dan anak. Seperti ketika anak bangun pagi dan saat anak mau tidur. Ini adalah dua waktu yang sebaiknya tidak didelegasikan kepada orang lain. Dalam keadaan apapun upayakan untuk membuka dan menutup hari anak dengan wajah cerah dan sapaan ramah.
Kelima, bermakna dan berkualitas. Jadikanlah setiap pertemuan antara ayah dan anak menjadi pertemuan yang bermakna serta berkualitas tidak hanya untuk pihak ayah saja hendaknya lebih untuk anak. Para ahli menyarankan hendaklah ayah tidak menggunakan ukuran sepatunya kepada anak. Selalulah bertanya dan bertanya kepada anak tentang apa yang mereka sukai untuk dilakukan bersama.
Keenam, jadikan golden moment jadi golden opportunity. Momen pengasuhan dan pendidikan itu terjadi di setiap detik kehidupan anak. Orang menyebutnya sebagai golden moment. Manfaatkan golden moment menjadi golden opportunity. Karena golden opportunitylah yang akan berpengaruh kepada tahap perkembangan kematangan anak.
Ketujuh, lakukan jangan tunda. Anak-anak butuh ayah disetiap kesempatan pertemuan. Anak-anak tidak terlalu bisa menerima paket tunda. Tidak ada konsep ayah akan membayar semua waktu ayah yang terlewatkan di hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Karena prinsip pengasuhan tidak mengenal rapel alias ditumpuk. Artinya, di setiap pertemuan ayah dan anak meski dalam durasi waktu yang sangat sedikit sekalipun, wajib dilakukan dengan total perhatian tidak boleh sembari melakukan pekerjaan lain.
Selamat mencoba dan melakukan ayah. Moga semua kelelahan akan digantikan oleh Yang Kuasa dengan lahirnya buah hati yang tangguh lahir bathin.
dIsadur dari berbagai sumber oleh Irwan Rinaldi
Pertama adalah minimnya waktu pertemuan. Bahwa waktu ayah bekerja bersama anak-anaknya memang sedikit, bahkan sangat sedikit, itu fakta. Penelitian di dua puluh kota di Indonesia mengatakan bahwa dari 24 jam waktu anak dan ayah maka hanya ada 4 jam saja waktu untuk mereka bersama.
Karena keterbatasan waktu itu maka tak bisa dihindari dapat menyebabkan banyak hal dalam pengasuhan anak. Antara lain, ayah tidak dapat langsung mendidik dan mengasuh serta tidak dapat mendampingi setiap tahap perkembangan anak-anaknya.
Kedua adalah keterbatasan kemampuan para ayah bagaimana mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Bukan rahasia kalau amat sedikit dari para ayah yang siap atau mempunyai bekal bagaimana mengasuh dan mendidik anak. Umumnya para ayah bekerja mengasuh anak-anak mereka berdasarkan dan bermodalkan warisan asuhan yang didapat dari ayah dan ibu mereka dulu sewaktu kecil. Padahal berbagai keadaan sudah sangat berbeda.
Itulah kenyataan yang terhampar di depan jutaan para ayah pekerja. Ayah pergi saat anaknya masih tidur dan pulang ketika anaknya sudah tidur. Ayah yang sepanjang waktu siang malam menghabiskan tenaga, badan dan pikirannya di ranah pekerjaan, sementara anak-anaknya di rumah kurang kontrol pengasuhannya.
Namun tidaklah bijak jika hanya menyesali dan ketakutan dengan keadaan. Lakukanlah sesuatu; agar pengasuhan dan pendidikan anak tetap dapat dilakukan dan pekerjaan di kantor juga berlangsung sukses.
Berikut ini beberapa kiat yang mudah-mudahan bisa membantu para ayah bekerja.
Pertama, miliki paradigma benar tentang peran penting ayah. Tinggalkan bahwa pardigma mendidik, mengasuh dan ‘membesarkan’ anak hanya tanggung jawab ibu.
Anak-anak hebat dan tangguh dilahir-kembangkan oleh ayah dan ibu; bukan pihak ibu atau pihak di luar ayah dan ibu. Fakta dan data ilmu pengetahuan tentang pengasuhan menguatkan bahwa anak tangguh berasal dari ayah tangguh.
Kedua, jadilah ayah pekerja keras untuk anak 0 – 10 tahun. Rentang usia ini adalah usia eksplorasi semua aspek perkembangan anak. Semuanya baik fisik, ruhani serta budi dan akal pikiran mereka. Anak-anak butuh ayah yang tidak ‘ja’im’ atau sok kalem. Anak-anak butuh ayah dinamis, yang siap untuk bereksplorasi bersama menggali barang tambang maha berharga yang masih tersimpan di dalam diri anak usia 0 – 10 tahun. Ayah yang meminjamkan ‘mulutnya’ 70 % dan ‘telinganya’ 30 % saja.
Ketiga, jadilah teman yang hebat untuk anak 10 – 15 tahun. Gelaran waktu di usia ini adalah tahap terakhir khususnya dalam pembentukan karakter anak-anak. Tahap paling ujung juga dalam persiapan mereka memasuki gerbang rentang usia dewasa. Anak-anak di usia ini butuh ayah yang dapat menjadi sahabat. Berikan ‘mulut’ ayah 30 % saja sementara pinjamkan ‘telinga’ ayah 70 % untuk mereka. Maksudnya jadilah pendengar yang baik dan aktif.
Keempat, lakukan jangan delegasikan. Banyak hal penting yang terjadi antara ayah dan anak. Seperti ketika anak bangun pagi dan saat anak mau tidur. Ini adalah dua waktu yang sebaiknya tidak didelegasikan kepada orang lain. Dalam keadaan apapun upayakan untuk membuka dan menutup hari anak dengan wajah cerah dan sapaan ramah.
Kelima, bermakna dan berkualitas. Jadikanlah setiap pertemuan antara ayah dan anak menjadi pertemuan yang bermakna serta berkualitas tidak hanya untuk pihak ayah saja hendaknya lebih untuk anak. Para ahli menyarankan hendaklah ayah tidak menggunakan ukuran sepatunya kepada anak. Selalulah bertanya dan bertanya kepada anak tentang apa yang mereka sukai untuk dilakukan bersama.
Keenam, jadikan golden moment jadi golden opportunity. Momen pengasuhan dan pendidikan itu terjadi di setiap detik kehidupan anak. Orang menyebutnya sebagai golden moment. Manfaatkan golden moment menjadi golden opportunity. Karena golden opportunitylah yang akan berpengaruh kepada tahap perkembangan kematangan anak.
Ketujuh, lakukan jangan tunda. Anak-anak butuh ayah disetiap kesempatan pertemuan. Anak-anak tidak terlalu bisa menerima paket tunda. Tidak ada konsep ayah akan membayar semua waktu ayah yang terlewatkan di hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Karena prinsip pengasuhan tidak mengenal rapel alias ditumpuk. Artinya, di setiap pertemuan ayah dan anak meski dalam durasi waktu yang sangat sedikit sekalipun, wajib dilakukan dengan total perhatian tidak boleh sembari melakukan pekerjaan lain.
Selamat mencoba dan melakukan ayah. Moga semua kelelahan akan digantikan oleh Yang Kuasa dengan lahirnya buah hati yang tangguh lahir bathin.
dIsadur dari berbagai sumber oleh Irwan Rinaldi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar